Kamis, 04 September 2008

Penanganan Limbah Plastik

Siapa yang tidak tau limbah plastik? Aku rasa semua orang tau apa itu limbah plastik. Tapi aku yakin tidak semua orang tau dampak limbah plastik bagi kehidupan kita. Kedengarannya buang kulit permen di sembarangan tempat itu sudah biasa dan sebagian masyarakat menganggap itu suatu hal kecil yang tidak patut dipermasalahkan.

Tanpa disadari, kita sudah merusak sendiri tempat tinggal kita. Molekul-molekul plastik itu tidak bisa dicerna oleh tanah. Coba saja kamu mengubur kantong plastik di tanah dan coba lihat beberapa tahun lagi. Yang terjadi adalah plastiknya tidak hancur. Jadi plastik itu tidak seperti sampah organik yang bisa menyatu dengan tanah. Nah, sekarang coba bayangkan… Jika setiap orang di dunia ini membuang satu saja kulit permen sembarangan, apa kira-kira yang akan terjadi pada bumi ini? Sudah bisa dipastikan dalam sekian tahun kedepan, tanah ini tidak akan bisa dipakai lagi. Tumbuhan otomatis akan mati. Dan kalau tidak ada tumbuhan, bagaimana kita bisa bernafas? Maukah kamu mati karena kulit permen?

Jika kamu remaja yang peduli lingkungan, kamu tidak usah melakukan reboisasi, penanaman bakau di pinggir pantai, dan kegiatan-kegiatan ‘WAH’ lainnya yang tentunya memerlukan biaya dan tenaga yang sangat besar. Tapi coba setiap kamu berangkat ke sekolah atau sedang jalan bersama teman-teman, pungutlah satu saja sampah plastik yang ada di jalan dan buang ke tempat sampah terdekat. Jika setiap orang melakukan hal ini, sepertinya penanganan limbah plastik sudah terbilang sukses. Cara yang sangat murah meriah kan? Tapi itu sangat menyelamatkan bumi kita ini. Semua orang bisa kalau dia sadar akan ancaman limbah plastik bagi bumi kita.

Selain itu pemerintah juga memegang peranan penting dalam hal penanganan limbah plastik. Jika pemerintah peduli, paling tidak di Indonesia terutama di tempat-tempat umum disediakan tong sampah khusus. Dengan begitu potensi orang untuk membuang sampah sembarangan akan lebih sedikit.

Tapi perlu diketahui. Limbah plastik itu tidak selalu berdampak negatif. Ingat saja, segala hal yang berbau negatif bisa bermanfaat jika kita memanfaatkannya dengan baik. Apa kamu ingat pemulung yang sering mengais sampah plastik seperti botol-botol minuman mineral di jalanan sana? Tanpa kita sadari, pemulung adalah salah seorang penyelamat bumi karena dia memungut sampah-sampah plastik yang sudah tidak digunakan. Sampah itu ia kumpulkan dan kemudian didaur ulang menjadi barang yang berguna. Tapi sayang sekali, pemulung memungut sampah plastik bukan karena kesadarannya untuk mencegah bahaya limbah plastik. Ia memungut sampah plastik karena faktor uang.

Biarkanlah anak cucu kita bisa menghirup udara segar. Biarkanlah anak cucu kita menyongsong masa depannya. Ini semua juga untuk diri kita sendiri.

Jadi mari selamatkan bumi kita dengan cara memungut sampah plastik. Paling tidak satu orang memungut satu kulit permen atau satu kulit snack lalu membuangnya di tempat sampah. STOP GLOBAL WARMING!
posted by http://theprincesspink.com/penanganan-limbah-plastik.php

Jumat, 15 Agustus 2008

Produk Menarik dari Limbah Plastik Multilayer

Liputan6.com, Ciledug: Berangkat dari ide menciptakan usaha yang peduli lingkungan serta membuka lapangan pekerjaan baru, Aswin, warga Ciledug, Tangerang, memanfaatkan limbah plastik multilayer menjadi aneka tas dan produk yang menarik. Keunggulan produk Aswin terletak pada warna yang otomatis sesuai dengan merek dan kemasan yang digunakan. Selain itu, produk tersebut juga kuat dan tahan lama.

Hal itu wajar mengingat limbah plastik multilayer merupakan salah satu sampah yang tak bisa didaur ulang. Bahkan sebelum usaha Aswin berdiri, sejumlah pemulung mengaku jenis sampah tersebut tak laku dijual. Karena itu Aswin mengatakan tulang punggung usaha yang ia jalani adalah pemulung. Sebab para pemulung tersebut yang menyuplai bahan baku bagi usaha Aswin.

Menurut salah satu pemulung, Rasini, ia mendengar dari temannya bahwa tempat usaha milik Aswin mau membeli limbah plastik yang selama ini tak laku dijual. Hingga kini, ia meruapakn salah satu penyuplai sampah plastik itu dengan dihargai Rp 4.000 per kilogram. "Lumayan buat nambah-nambah uang dapur," tutur Rasini.

Sedangkan dalam proses produksi, Aswin mengatakan ada dua jenis pekerjaan yang harus dilalui. Pekerjaan itu dibedakan menurut yang membutuhkan keahlian, seperti menjahit atau tidak membutuhkan keahlian, seperti mencuci dan memotong plastik multilayer.

Menurut salah satu penjahit, Edi Apipudin, ia sudah berpengalaman menjahit selama 15 tahun. Itu mulai dari pakaian hingga jok pesawat terbang. Namun Adi mengaku keahliannya trk menjamin ia bisa menjahit bahan plastik multilayer tersebut. "Bahannya tidak biasa" kata Edi. Hal itu kemudian dibenarkan oleh Aswin.

Menurut Aswin, dalam pembuatan produk kemasan multilayer ini tidak bisa buat langsung jadi. "Penjahit harus menyesuaikan diri dengan cara membuat, melipat hingga menjahit," imbuh Aswin. Hal itu karena plastik kemasan multilayer memiliki karakteristik tertentu.

Adapun kemasan itu nantinya akan menjadi beragam produk, seperti aneka macam tas dan payung. Tentu usaha ini juga mengharapkan kontribusi masayarakat untuk memisahkan sampah kering dan basah, kemudian dipisahkan lagi menurut jenis sampah kemasan multilayer tersebut.

Untuk pemasarannya, lanjut Aswin, ia merambah pasar lokal maupun internasional. Namun, sambutan pasar lokal tak sebaik sambutan pasar internasional. Itu disebabkan kepedulian masyarakat Indonesia terhadap lingkungan hidup masih sangat kurang. Bagi Aswin, itu sangat berbeda dengan orang luar negeri. "Mereka malah senang dengan produk dari sampah" kata Aswin. Dengan begitu, mereka menganggap bisa lebih mempertahankan bumi ini.(IKA/Julianus Kriswantoro)

Aswin Aditya 0817.6578.765
Komplek Pondok Surya Blok U No.2
Ciledug, Tangerang.

Mendatangkan Devisa dengan Mengekspor Limbah Plastik

JAKARTA – Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, khususnya mahasiswa yang baru lulus, pasti memiliki keinginan untuk bekerja di sebuah perusahaan besar, termasuk pada sebuah bank, dengan maksud agar gaji yang diperolehnya besar.

Kenyataan demikian pernah dilakukan Muhammad Baedowy, lulusan jurusan akutansi Fakultas Ekonomi Universitas Merdeka Malang. Begitu lulus dari Universitas Merdeka, Baedowy langsung diterima bekerja di Multicor Bank, sebuah bank asing asal Scotlandia.
Pada bank asing yang berkantor kawasan Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta ini, Baedowy menikmati berbagai fasilitas dan gaji cukup lumayan. Namun ternyata, berbagai fasilitas enak tersebut tidak membuat mantan penjual pisang molen ketika masih kuliah ini kerasan bekerja, tapi justru sebaliknya ingin keluar dan ingin berusaha sendiri. Makanya, ketika karyawan bank takut di PHK, Baedowy malah mengajukan permohonan pengunduran diri.
Sebelum berhasil merealisasikan cita-citanya membangun usaha sendiri, mantan karyawan Multicor Bank ini, pernah bekerja pada sebuah perusahaan batik, milik warga Negara Belanda. Ketika masih menjadi karyawan perusahaan batik inilah, Baedowy yang kini memiliki 43 mitra yang tersebar di sejumlah provinsi bertemua dengan mantan pejabat bank pemerintah yang mengajaknya membuat usaha pengolahan sampah dan penggilingan plastik.
“Kerja sama dengan mantan pejabat bank tersebut tidak berlangsung lama, karena di antara kami tidak ada persamaan visi dalam mengelola bisnis pengolahan sampah. Akhirnya, kami berpisah baik-baik dan saya mendirikan perusahaan pengolah limbah sendiri dengan modal sekitar Rp 50 juta,” kata Baedory kepada SH, di Jakarta, Jumat (13/9).
Dengan modal Rp 50 juta, Baedowy memulai usahanya dengan mendirikan PT Majestic Buana Cipta Cemerlang, yang bergerak di bidang daur ulang plastik dan penggilingan PET. Alasan terjun ke bisnis daur ulang plastik dan penggilingan PET, menurut aktivis serikat pekerja di Multicor Bank ini, antara lain, karena persaingan bisnis ini masih terbuka, tenaga kerja tidak memerlukan tenaga profesional, maka perlu diambil dari sekitar perusahaan, sehingga kehadirannya mampu memberikan nilai tambah bagi penduduk sekitarnya. Selain itu, usaha ini risikonya kecil dan peluang ekspornya masih terbuka.

Datangkan Devisa
Hasil pengolahan sampah plastik, menurut Baedowy, tidak bakal kelebihan pasokan. Pasalnya, sampah bekas botol minuman ini, setelah diolah bisa menghasilkan polyester yang bisa dipergunakan sebagai bahan baku bermacam produk, seperti benang, keset, rambut boneka, karpet, dan lain sebagainya.
“Sampah plastik kalau kita biarkan akan menjadi musuh masyarakat, karena tidak bisa busuk. Tapi, setelah diolah bisnis ini menjadi bisnis ramah lingkungan, mampu menyerap tenaga kerja banyak dan menghasilkan devisa,” paparnya.
Baedowy menambahkan, untuk memulai bisnis ini juga cukup mudah, karena tidak memerlukan modal besar dan kepandaian khusus. Investasi untuk memulai bisnis tidaklah sama. Bagi yang memiliki lahan sendiri, investasi jelas lebih murah, karena tidak perlu mengeluarkan uang sewa buat pabrik pengolahan, tapi hanya untuk membeli mesin yang harganya sekitar Rp 25 juta.
Meski mantan karyawan Multicor Bank ini, kini sukses jadi pengusaha pengolah limbah tidak ingin memonopoli bisnis ini. Sebaliknya, lulusan jurusan akutansi Universitas Merdeka Malang ini, ingin berbagai pengalaman dengan banyak orang yang kini diwujudkan dalam bentuk kemitraan. “Bagi yang ingin memulai, kami siap membimbing mulai dari awal hingga mampu menghasilkan polyester,” kata Baedowy.
Bagi masyarakat yang ingin bermitra dengan PT Majestic Buana Cipta Cemerlang, Baedowy telah membuat aturan dengan jelas. Pertama, bagi yang ingin menerjuni bisnis ini harus membeli mesin daur ulang plastik dari PT Majestic Buana Cipta Kreasi, yang juga milik Baedowy.
Dalam perjanjian disebutkan, pembeli mesin daur ulang, PT Majestic Buana Cipta Kreasi akan melatih, membina hingga pembeli bisa memproduksi gilingan PET. Bukan hanya itu, pihak PT Majestic juga bersedia membeli seluruh hasil gilingan, dengan syarat lulus pemeriksaan dan memenuhi standar yang telah ditetapkan.
Dalam perjanjian dengan pembeli mesin produk PT Majestic, juga disebutkan pihak pembeli juga diminta menyetorkan uang sebesar Rp 1 juta sebagai jaminan jika terjadi pelanggaran yang dilakukan pembeli mesin.
Misalnya, pembeli mesin menjual hasil produksinya kepada pihak lain, tanpa melapor kepada PT Majestic yang membinanya, maka uang jaminan akan menjadi hak PT Majestic. Sebaliknya, PT Majestic akan mengembalikan uang jaminan dua kali lipat jika selama dua tahun antara mitra binaan tidak melakukan pelanggaran.
(SH/ignatius gunarto)

Copyright © Sinar Harapan 2003

Strategi Jitu Mengatasi Limbah Plastik

Di negara maju, pemerintahnya memang sangat serius menangani limbah. Mereka sudah menyiapkan sejumlah strategis yang sudah fokus pada limban-limbah tertentu. Salah satu contoh adalah yang terjadi di Propinsi Alberta, Kanada. Mereka sudah menyusun satu strategi yang mereka sebut Alberta Post-Consumer Plastic Recycling Industry, yang mengupayakan agar pengolahan sampah plastik menjadi lebih hemat, berbasis pada kelestarian lingkungan. Tujuan utamanya adalah menurunkan dan meminimalkan jumlah plastik yang dibuang ke tempat sampah. Pelaksanaan dari strategi ini didasarkan pada tiga aksi kunci, yakni: 1. Menyediakan informasi secara terus menerus kepada warga masyarakat dan komunitas daur ulang tentang cara-cara pengumpulan plastik. 2. Mengembangkan peningkatan sistem pengumpulan plastik bekas melalui pengembangan depot pengumpulan yang efisien. 3. Mengembangkan teknik-teknik untuk mengatasi plastik yang tidak bisa didaur ulang.

Upaya melawan sampah plastik ini dimulai ketika pemerintah daerah Alberta meminta tolong pada APRA, satu perusahaan konsultan yang menangani berbagai macam limbah, untuk membantu mereka. APRA kemudian melakukan studi dan menyusun strategi untuk mengatasi masalah limbah plastik.

Kunci dari strategi yang mereka kembangkan adalah, antara lain, adalah hanya akan mendaur ulang plastik-plastik yang memang memiliki nilai jual tinggi. Contohnya adalah plastik HDPE, yang biasa dipakai untuk wadah susu dan minuman lainnya. Untuk itu sistem sortasi sampah yang baik perlu dikembangkan untuk memilah plastik jenis ini. Sistem pengumpulannyapun dikembangkan sedemikian rupa, sehingga sortasi yang dilakukan menjadi lebih mudah. Sedangkan untuk plastik yang kurang bernilai untuk didaur ulang, atau plastik yang tidak bisa lagi didaur ulang, tak ada cara lain kecuali mengubahnya menjadi sumber energi. Limbah plastik merupakan sumber energi yang kaya. Satu pon plastik polyetilene mengandung 18.000 BTU (British Thermal Unit) energi. Bandingkan dengan limbah padat selain plastik yang paling-paling hanya menghasilkan energi sebanyak 4.500 BTU sampai 5.000 BTU.

Karena fokusnya sudah jelas, hanya mengolah limbah plastik jenis HDPE, maka Pemda Alberta pun bekerjasama dengan industri-industri makanan yang menggunakan plastik jenis ini sebagai wadah makanan atau minuman hasil produksinya. Perusahaan makannpun kemudian mengembangkan aneka strategi untuk menarik kembali wadah-wadahnya untuk didaur ulang. Dengan demikian wadah itu diusahakan tidak masuk ke tempat sampah, melainkan langsung ke depot-depot penampungan. Sistem ini jelas sangat menghemat biaya.

Keberhasilan Pemda Alberta dalam menerapkan strategi mengatasi limbah plastik adalah berkat dukungan yang padu dari semua pihak yang terkait, mulai dari industri plastiknya, industri pengolah limbah, industri pemakai plastik dan warga masyarakat. Inilah mungkin yang perlu dicontoh.

Kamis, 14 Agustus 2008

Menghancurkan Plastik dengan Air

Dilihat dari jenisnya, limbah plastik merupakan komponen ketiga terbanyak yang dibuang setelah limbah organik dan kertas. Meski dari segi jumlah tidak tergolong banyak, limbah plastik merupakan masalah lingkungan yang terbesar karena materialnya tidak mudah diurai oleh alam, baik oleh curah hujan dan panas matahari, maupun oleh mikroba tanah.

Karena ringan, plastik akan cenderung terangkat ke permukaan ketika ditimbun sehingga mengotori lingkungan sekitar. Jika tercecer di badan air, plastik cenderung menyumbat aliran. Bila dibakar akan menimbulkan asap yang membahayakan lingkungan dan kesehatan manusia.

Dengan kian meningkatnya kebutuhan barang plastik, limbah ini akan menimbulkan masalah yang kian pelik. Hal ini bisa dilihat dari perkiraan kebutuhan plastik 220 juta penduduk Indonesia pada tahun 2003 yang akan mencapai sekitar 1,35 juta ton, menurut Indonesia Plastic Industries.

Material plastik yang sudah dikenal sejak puluhan tahun silam sebagai bahan hasil rekayasa polimer, kini telah muncul dalam berbagai jenis produk mulai dari kantung plastik, tas kresek, sampai komponen berteknologi tinggi seperti barang elektronik, otomotif, dan pesawat terbang. Bahan ini banyak digunakan karena mempunyai banyak sifat unggul, seperti ringan, transparan, tahan air, elastis, dan harganya relatif murah.

Selama ini memang telah ada upaya untuk mendaur ulang plastik yang dilakukan oleh pemulung dan industri pendaur ulang plastik, namun tidak semua limbah tertangani dan beberapa jenis plastik seperti styrofoam dan plastik multilayer belum dapat dimanfaatkan.

Menurut Tomridjo dari Dana Mitra Lingkungan dalam seminar tentang limbah plastik yang diselenggarakan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), belum lama ini daur ulang yang sudah dilakukan adalah menggunakan proses generik, yaitu satu jenis plastik bekas, diproses menghasilkan plastik yang sama, namun sifat fisiknya lebih rendah.

Teknik daur ulang yang lebih baik adalah dengan proses pencampuran, yaitu mencampurkan semua jenis plastik dalam extruder yang melelehkannya pada suhu tertentu kemudian dimasukkan dalam cetakan yang sesuai dengan produk yang diinginkan.

Air superkritis
Mengolah limbah plastik kemudian dicoba dengan air superkritis atau supercritical hydrogen dioxide (ScH2O). Peneliti BPPT Mohamad Yusman dan Tusy A Adibroto dari Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan BPPT, pada seminar tersebut mempresentasikan hasil penelitian penggunaan air superkritis ini.

Air pada kondisi superkritis, yaitu di atas suhu 374 derajat Celsius dan tekanan di atas 220 atmosfer memiliki sifat yang berbeda dengan air pada kondisi normal atau suhu kamar dan tekanan atmosfer. Pada kondisi yang superkritis, air mampu melarutkan dan mendekomposisi senyawa organik, termasuk plastik dan gas.

Plastik yang terdekomposisi akan menghasilkan senyawa dasar penyusunnya, yaitu monomer yang selanjutnya dapat digunakan kembali sebagai bahan baku plastik dengan kualitas yang sama. Namun, karena memiliki suhu dan tekanan kritis tinggi, maka sifat air akan berubah menjadi asam dan memiliki daya korosif terhadap bahan logam reaktornya. Oleh karena itu, masih perlu dilakukan kajian lebih lanjut terhadap penerapan air superkritis (ScH2O) pada berbagai penggunaan industri maupun penanganan berbagai macam limbah, urai Tusy yang juga direktur di pusat kajian itu.

Ditemukannya air superkritis bermula dari hasil percobaan yang dilakukan oleh peneliti dari Perancis Baron Charles Cagniard de la Tour, pada tahun 1821. Setelah itu dilakukan serangkaian penelitian di berbagai perguruan tinggi di dunia untuk memanfaatkan air superkritis guna mendestruksi bahan berbahaya dan beracun, termasuk bahan mudah meledak, propelan, dan bahan kimia dari senjata kimia.

Saat ini, ScH2O mulai dikembangkan untuk reaksi senyawa organik. Beberapa kelebihan yang dimiliki medium ini antara lain, kemampuan laju reaksinya yang tinggi, kemampuan mengekstraksi, mendekomposisi, dan menghilangkan polutan dalam limbah, serta dalam mendekomposisi sampah plastik.

Dalam keadaan suhu dan tekanan tinggi, air superkritis mampu melarutkan semua senyawa organik, termasuk plastik. Kelarutan senyawa ini sangat tergantung pada suhu, konstanta dielektrika, dan berat jenisnya.

Upaya untuk mendapatkan kembali senyawa dasar polimer plastik, yaitu monomer, dilakukan untuk memproduksi plastik kembali dengan kualitas yang sama melalui proses polimerisasi. Beberapa contoh depolimerisasi adalah PET menjadi asam terephthalate dab ethylene glycol. Nylon 6 menjadi konstanta dielektrika caprolactam dan air.

Kelebihan ScH2O sebagai medium untuk depolimerisasi dibandingkan dengan fluida lain yang dapat digunakan sebagai fluida superkritis antara lain harganya murah, tidak beracun, serta tidak mudah terbakar dan meledak. Tidak menghasilkan jelaga atau karbon karena reaksinya dalam sistem tertutup. Reaksi juga dapat dilakukan tanpa menggunakan bantuan katalis.

Namun, kekurangannya, ScH2Omemerlukan suhu dan tekanan kritis yang lebih tinggi dibandingkan fluida lain. Bandingkan dengan metanol dan toluene yang memerlukan suhu 239,5oC dan 318,6oC serta tekanan 8.10 dan 4.11 Mpa. Di samping itu, keasaman air akan meningkat pada suhu tinggi, yang ditunjukkan oleh kenaikan konsentrasi ion hidrogen 30 kali lipat dibandingkan dengan air pada kondisi normal. [yun]
Sumber: Laporan Iptek Kompas, 26 Oktober 2002

Selasa, 12 Agustus 2008

DAUR ULANG KOTORON TERNAK MENJADI PAKAN TERNAK

Upaya mengoptimalkan limbah ternak menjadi lebih bermanfaat dengan teknologi fermentasi Cairan Stimulan Superfarm adalah dengan proses daur ulang :

Bahan-bahan yang diperlukan :
1. Kotoran kambing : 20%
2. Kotoran ayam : 20%
3. Bekatul : 30%
4. Tepung ikan lokal : 10%
5. Bungkil kedelai : 10%
6. Tepung jagung : 10%
7. Cairan Stimulan Superfarm : 200 cc
8. Molase : 200 cc
9. Air : 2 liter

Proses Pembuatan :
1. Kotoran ayam, kotoran kambing, bekatul dicampur secara merata.;
2. Larutkan Cairan Stimulan Superfarm dan molase dalam 2 liter air, kemudian campur secara merata dengan adonan no.1;
3. Adonan tersebut kemudian dimasukkan dalam karung goni untuk proses fermentasi selama 24 jam;
4. Setelah diperam kemudian dibuka dan diangin-anginkan sampai kering betul.
5. Bungkil kedelai, tepung jagung dan tepung ikan dicampur secara merata, kemudian ditambahkan secara merata dalam
adonan yang sudah terfermentasi.

Campuran tersebut diatas siap diberikan pada ternak ayam, itik atau yang sejenisnya (dalam bentuk tepung), jika pakan yang berupa tepung tersebut diinginkan untuk dibuat butiran (granul) perlu ditambahkan tepung kanji yang diencerkan untuk mencampurnya, baru kemudian adonan tersebut dimasukkan dalam alat cetak, kemudian dijemur. (sumber: www.deptan.go.id)

paperExplorer

PaperExplorer.Com menjual kertas daur ulang buatan tangan hasil produksi dari pengrajin kertas daur ulang di Indonesia yang terbaik dan sudah berpengalaman dalam memproduksi kertas daur ulang buatan tangan sejak tahun 1995.

Bahan baku yang dipergunakan untuk kertas daur ulang buatan tangan ini adalah : limbah kertas dan limbah pertanian yang memiliki serat selulosa seperti pelepah pisang,abaca,jerami,eceng gondok,dll.

Ukuran kertas tersedia dalam ukuran standart kertas A4 (21cm x 29,7cm), A3 (29,7cm x 42cm) dan A2 (42cm x 59,4cm). Untuk kertas ukuran A1 (59,4cm x 84,1cm) ukuran kertas paling besar yang bisa dicetak secara manual,tersedia hanya untuk pemesanan khusus (special order).

Berat kertas (gramature) relatif karena kertas ini dibuat/dicetak secara manual dengan tangan sehingga ketebalan kertas tidak terukur secara standart.

Aplikasi kertas daur ulang buatan tangan antara lain ; sebagai cover untuk box,album foto,amplop,kartu nama,kartu pos,kartu undangan,kap lampu,placemat,dll. Kertas daur ulang buatan tangan juga dapat dipakai untuk aplikasi cetak seperti kartu undangan,kartu pos,kop surat,dll.

Harga yang tertera adalah harga jual per-lembar. Anda dapat membeli kertas daur ulang buatan tangan ini secara eceran/ritel, dengan minimum pembelian adalah Rp.50.000,- (lima puluh ribu), tidak termasuk ongkos kirim.

Anda dapat menghubungi kami di :
Telp.021-5251908 Fax.021-5251903 CDMA.021-95656727